”Sesungguhnya, bagi setiap kitab ada sari patinya dan sari pati kitab (Al-Qur’an) ini adalah huruf-huruf ejaannya.”
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung berbagai petunjuk bagi umat manusia
(Albaqarah [2]: 2, 185; Al-A’raf [7]: 203; Fushilat [41]: 44; Al-Isra
[17]: 9) dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi (QS
Albaqarah [2]: 30; Annaml [27]: 62; Fathir [35]: 39; Al-A’raf [7]: 129;
dan Shaad [38]: 26), agar manusia tidak tersesat dan senantiasa berada
di jalan yang lurus (Alfatihah [1]: 5; Azzumar [39]: 23; Asysyura [42]:
52; Al-An’am [6]: 153; Lukman [31]: 32; Almaidah [5]: 16).
Al-Qur’an juga merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW bagi
umat manusia. Tak ada keraguan sedikit pun dalam Al-Qur’an (AlBaqarah
[2]: 2, 23; Yunus [10]: 37; Hud [11]: 17, 110; Al-An’am [6]: 114;
Assajdah [32]: 2). Dan, bagi yang ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an,
Allah menantang mereka untuk mendatangkan beberapa surat atau ayat yang
serupa dengan Al-Qur’an (Albaqarah [2]: 23). Dan, kendati mereka membawa
sejumlah penolong (selain Allah), pastilah mereka tidak akan sanggup
untuk membuatnya.
Al-Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan. Di dalamnya dibahas
berbagai hal, baik akidah, ibadah, akhlak, maupun ilmu pengetahuan
lainnya, seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, dan sebagainya.
Andai manusia itu menulis sejumlah ilmu Allah, mereka tidak mampu
menuliskannya. Karena, ilmu Allah sangat luas (Albaqarah [2]: 255;
Almu’min [40]: 7; Almulk [67]: 1) dan tidak ada yang cacat sedikit pun
(Al-Mulk [67]: 4). Bahkan, andaikan lautan atau samudra dijadikan tinta
niscaya manusia tidak akan mampu menuliskannya kendati ditambahkan tujuh
lautan lagi (Alkahfi [18]: 109, Luqman [31]: 27).
Karena itu, tak ada kitab suci yang serupa dengan Al-Qur’an. Bahkan,
dalam hal bacaannya, gunung-gunung pun turut berguncang karena kebesaran
dan kemukjizatannya. ”Dan, sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang
dengan bacaan itu gunung-gunung dapat diguncangkan atau bumi menjadi
terbelah atau oleh karena itu orang-orang yang sudah mati dapat
berbicara, (tentulah itu hanya Al-Qur’an saja). Sebenarnya, segala
urusan itu adalah kepunyaan Allah. Sesungguhnya, Allah tidak menyalahi
janji.” (Arra’du [13]: 31).
Bahkan, kulit pun akan gemetar dengan bacaan Al-Qur’an karena takut
kepada Allah (Azzumar [39]: 23). ”Allah telah menurunkan perkataan yang
paling baik, (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah. Dengan kitab itu, Dia menunjuki
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan, barang siapa yang disesatkan Allah
niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun.”
Al-Qur’an adalah samudra ilmu. Ia tak akan pernah habis dibahas dan
digali. Keistimewaan Al-Qur’an tak hanya dari kandungan isinya yang
meliputi segala hal. Dalam gaya bahasa (uslub) atau gramatika (tata
bahasa)-nya, Al-Qur’an juga memiliki kelebihan.
Bahkan, dalam bidang Ulum Al-Qur’an (ilmu-ilmu yang membahas
Al-Qur’an), sudah banyak dibahas oleh para ulama dan sarjana masa lalu,
termasuk pada sahabat Rasulullah SAW hingga ilmuwan masa kini, yang
berupaya menggali kandungan isi Al-Qur’an. Ada yang mencoba
mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan,
historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemukjizatan, penafsiran,
serta telaah kepada huruf-hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan artikulasi tanggung jawab
seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Namun, sudah
berkembang kepada nuansa lain yang menitikberatkan pada studi yang
bersifat ilmiah, yang memberikan kontribusi dalam perkembangan pemikiran
dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang melibatkan diri
dalam pengkajian Al-Qur’an dengan motivasi dan latar belakang kultural
atau intelektual yang berbeda-beda.
Fawatih al-suwar
Al-Qur’an, dari mana pun menggali dan memahaminya, ia selalu memberikan pemahaman yang sangat komprehensif dan menyeluruh. Baik kandungan isinya, jumlah surah, kombinasi ayat-ayatnya, maupun keseimbangan huruf-huruf Al-Qur’an, menunjukkan keistimewaan yang sangat mengagumkan antara ayat yang satu dan yang lain, mereka saling berkaitan.
Al-Qur’an, dari mana pun menggali dan memahaminya, ia selalu memberikan pemahaman yang sangat komprehensif dan menyeluruh. Baik kandungan isinya, jumlah surah, kombinasi ayat-ayatnya, maupun keseimbangan huruf-huruf Al-Qur’an, menunjukkan keistimewaan yang sangat mengagumkan antara ayat yang satu dan yang lain, mereka saling berkaitan.
Salah satu di antaranya adalah surah-surah yang dimulai dengan huruf
inisial yang dikenal dengan nama ayat-ayat Fawatih al-Suwar (pembuka
surah). Seperti surah yang dimulai dengan inisial huruf Alif Lam Mim,
Alif Lam Ra, Tha Ha, Ha Mim, Shad, Qaf, Nun, Ya Sin, Tha Sin Mim, dan
sebagainya.
Al-Qur’an yang terdiri atas 114 surat, yang diawali dengan beberapa
macam pembukaan (Fawatih al-Suwar), di antara macam pembuka surah yang
tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini adalah huruf
muqaththa’ah. Surah-surah yang termasuk kategori ini dimulai dengan
huruf inisial, seperti surah yang dimulai dengan huruf Alif Lam Mim,
Alif Lam Ra, Tha Ha, Ha Mim, Shad, Qaf, Nun, Ya Sin, Tha Sin Mim, dan
sebagainya.
Menurut sejumlah pakar matematika Islam, huruf-huruf yang terdiri
atas huruf-huruf alfabet (hijaiyah) ini, selain mandiri, juga mengadung
banyak kemisteriusan yang belum tergali secara optimal. Karena itu, ia
sangat istimewa sebab hanya ditemukan pada surah-surah tertentu dan
menggunakan inisial huruf tertentu pula.
Ibnu Abi Al-Asba’ dalam kitabnya Al-Khaqathir Al-Sawanih fi Asrar
Al-Fawatih membagi beberapa kategori dari huruf-huruf inisial yang
membuka surah tersebut. Pertama, pujian terhadap Allah SWT yang
dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang
menggunakan huruf-huruf hijaiyah terdapat pada 29 surah. Ketiga, dengan
mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh surah.
Lima seruan ditujukan kepada rasul secara khusus. Dan, lima yang lain
ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah)
terdapat dalam 23 surah. Kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam) terdapat
dalam 15 surah.
Menurut As-Suyuti dalam Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an,
pembukaan-pembukaan surah (awail Al-suwar) atau huruf-huruf potongan
(Al-huruf Al-Muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat. Karena
itu, pengetahuan yang benar tentang ayat-ayat atau huruf-huruf tersebut
hanya dimiliki Allah yang Maha Mengetahui. As-Suyuti memandang pendapat
ini sebagai pendapat yang mukhtar (terpilih).
Ibnu Al-Munzir meriwayatkan bahwa ketika Al-Syabi ditanya tentang
pembukaan-pembukaan surah, ia mengutip pendapat Ali bin Abi Thalib RA.
Ia berkata, ”Sesungguhnya, bagi setiap kitab ada sari patinya dan sari
pati kitab (Al-Qur’an) ini adalah huruf-huruf ejaannya.”
Hal yang sama juga diungkapkan Abu Bakar Al-Shiddiq RA. Menurut
khalifah pertama ini, ”Pada setiap kitab, ada rahasia dan rahasianya
dalam Al-Qur’an adalah permulaan-permulaan surahnya.”
Karena itu, hanya orang-orang berakal yang bisa mengambil pelajaran. Wa Allahu A’lam. sya/berbagai sumber
Sumber: Dialog Jum’at Harian Republika 23/8/09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar