Seorang akhwat atau ummahat tampak begitu bersemangat dan selalu survive.
Pagi-pagi sudah memimpin rapat. Setelah itu, dilanjutkan kuliah atau
berkarir sampai sampai menjelang sore. Sore hari mengisi taklim dan
diskusi sana sini. Malam hari masih sempat mengonsep planning sebuah
agenda besar keummatan. Ia mengaku tidak lelah sama sekali !.
Teman-teman mengomentari, betapa sehatnya ukhti ini. Qowiyyul Jism… Aktivis sejati..! Tetapi, tiba-tiba kita dapat instruksi tentang munashoroh.
Dikabarkan bahwa ada seorang sahabat pejuang yang kini sedang diuji
oleh Allah di ICU sebuah rumah sakit. Ia menderita ini-itu, dan sekarang
membutuhkan pertolongan. Kitapun bertanya-tanya, siapa sahabat yang
sedang diuji itu. Setelah mendapat jawaban, kita terperangah, ternyata,
ukhti itu adalah seseorang yang selama ini kita kenal energik dan tak
kenal lelah. Kita saling berbisik heran, bagaimana mungkin sosok yang
sesehat itu tiba-tiba terserang penyakit parah?
Inilah kita, manusia. Sering kali kita baru menyadari pentingnya arti
sehat, setelah sakit menimpa. Sekarang, mungkin kita selalu merasa
sehat. Tetapi tahukah kita, apa itu sehat? Bagaimana kita tahu bahwa
kita dalam keadaan sehat? Apakah cukup dengan alasan bahwa kita sedang
tidak merasa sakit?.
Salah satu parameter yang dapat kita gunakan
untuk berani mengatakan kita ini sehat atau bukan, adalah dengan
melihat status gizi kita. Ya, sekali lagi, STATUS GIZI.
Ingat ini. Sedangkan cara untuk mengetahui status gizi adalah dengan
menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) atau bahasa internasionalnya Body Mass Index (BMI).
IMT
adalah pengukuran yang membandingkan berat badan dan tinggi badan
seseorang untuk memperkirakan berat badan ideal dengan tinggi badan
tertentu. Rumus IMT dirancang dengan membagi berat badan (dalam
kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter) yang dikuadratkan. Jadi;
IMT = [Berat Badan (Kg)] / [Tinggi badan(m)xTinggi badan(m)]
Jika
nilai IMT sudah didapatkan, nilai ini dibandingkan dengan tabel IMT
sesuai dengan umur dan jenis kelaminnya (tabel terlampir).
Setelah hasil IMT didapatkan, cocokkan nilai tersebut dengan klasifikasi dibawah ini :
IMT | Status Gizi |
< 18,5 | Kurang (kurus) alias kurang gizi |
18.5 – 25,0 | Normal/ideal |
25.0 - < 27 | Lebih/ overweight |
> 27 | Obesitas |
Nah, baru kita tahu bahwa status gizi kita ternyata belum tentu normal.
Ternyata,
berat badan berlebih itu bermakna status gizi kita tidak normal. dan
tentu saja ketidak normalan adalah lampu kuning bagi kita untuk
mewaspadai berbagai gangguan dan ancaman kesehatan. Berat badan yang
berlebih bahkan sampai obesitas akan berpotensi terserang penyakit
degeneratif, seperti kolesterol, jantung, darah tinggi, dan diabetes
mellitus.
Bagaimana halnya dengan tubuh yang langsing? Ukhti yang
bersusah payah mengikuti program diet harus rehat sejenak, menghitung
dulu IMT-nya. Jangan-jangan diet yang ’terlalu berhasil’ menempatkannya
pada status gizi kurang alias kurang gizi. IMT yang kurang dari 18,5
berakibat kita akan mudah terserang penyakit infeksi, yaitu penyakit
yang disebabkan oleh kuman, virus dan bakteri seperti penyakit diare,
hepatitis, typus dan lain-lain.
Demikianlah. Saat kita merasa
sehat (dan mungkin merasa cantik) lalu tiba-tiba jatuh sakit dan
langsung parah, jangan-jangan kita memang tidak sedang dalam keadaan
sehat, meskipun tetap aktif dan tidak merasa sakit. Status gizi yang
terlalu jauh di atas atau dibawah normal dapat menjadi biang pemicunya.
Bukan hanya tak sehat, tentu saja, kita sulit untuk mengatakan cantik
kepada ukhti yang kekurusan atau kegemukan. Kecuali suaminya (itupun
mungkin terpaksa).
Memang, tampil cantik (secara fisik) itu bukan
hobi, apalagi tujuan kita. Bukan. Namun demikian, memelihara kecantikan
diri, menampilkan diri secara elegan sebagai wanita, tetaplah penting
sebagai wujud syukur atas karunia Allah. Dan rasa syukur harus disertai
dengan tanggungjawab menjaganya. Sebab, Allah tak pernah menciptakan
sesuatu (termasuk kecantikan kita) dengan sia-sia. Bukankah salah satu
kriteria yang dianjurkan oleh Rasulullah kepada pria ketika hendak
meminang adalah memperhatikan kecantikannya?
Sekarang mari kita
mulai menghitung IMT kita secara berkala. Semoga tidak ada lagi
munashoroh hanya gara-gara penyakit yang berawal status gizi tidak
normal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar